Tantangan Menulis Media Guru Indonesia hari ke-17.

Togap, Tuyul, dan Warung Nasi Padang (Bagian-4).

Ternyata sama saja. Hari ini, Togap kembali dipaksa menelan kenyataan pahit. Tidak ada perubahan, walaupun Togap sudah memasang penangkal Tuyul, seperti yang disarankan Tole, orang kepercayaannya itu.

Togap menatap tajam catatan sekian banyak unit barang (pakaian) keluar atau yang terjual. Ia rasakan juga dalam-dalam saat Tole menyebutkan nominal uang yang disetorkan ke hadapannya. Berputar-putar pikiran Togap atas catatan barang-barang di antara uang dan jumlah kerugian yang harus ia tanggung.

Lama ia tersandar, pada sandaran kursi yang didudukinya. Sengaja ia memilih tempat di bagian paling sudut warung nasi, sebagai tempat di mana hanya antara ia dan Tole saja boleh duduk di situ. Sebab, ia khawatir tentang kesiapannya menerima kenyataan, baik atau buruknya yang akan dibawakan Tole kepadanya.

Togap sangat kecewa dan ingin ia mencincang-cincang tuyul itu. Atau mau rasanya ia berduel satu lawan satu dengannya. Tetapi, harus bagaimana, sang Tuyul itu tidak tampak, ia pun juga tidak menampakkan diri. Namun, hingga saat ini, Togap sangat meyakini bahwa yang menyebabkan kerugian ini adalah Tuyul itu. Hingga akhirnya terdengar oleh Tole suara pelan dari mulut Togap, "Dasar tuyul keparat...!" ucapnya sembari menatap dengan pandangan hampa menembus jendela-jendela kaca warung nasi Padang miliknya.

Melihat reaksi dan umpatan Togap, Tole tak bergeming. Ia hanya diam dan mematung. Wajahnya yang gelap pucat, tubuh yang kurus, seolah-olah menambah derita Togap sore itu. Togap pun, tak pernah berpikir, kecuali hanya memikirkan bagaimana agar tuyul-tuyul itu tidak merugikannya lagi.

Pada saat Togap sudah semakin panik. Tak ingin terus diam dan mematung, Tole mengusulkan ide berikutnya.

Bersambung.....

(Rahmadi)

Pariaman, 03 Juni 2020.